Apakah Hujan Semakin Hari Semakin Asam?

HUJAN ASAM

Sumber gambar:

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.gramedia.com%2Fliterasi%2Fhujan-asam%2F&psig=AOvVaw2AUpdMLYpmYScjDuHXaTLg&ust=1685567178523000&source=images&cd=vfe&ved=0CA4QjRxqFwoTCNDR7aH5nf8CFQAAAAAdAAAAABAQ

Hujan merupakan salah satu peristiwa yang digunakan untuk membersihkan polutan udara yang ada di atmosfer. Karakteristik dan komposisi kimia air hujan dipengaruhi oleh besar kecilnya konsentrasi polutan udara di atmosfer. Hujan ini secara alami bersifat asam dimana batas normal dari keasaman air hujan dinyatakan dalam nilai pH yaitu 5,6. Apabila hujan berada di bawah pH 5,6 maka hujan tersebut termasuk hujan asam. Keasaman hujan ini berkaitan dengan konsentrasi SOx dan NOx yang terlarut dalam air hujan. Senyawa SOx dan NOx dapat berasal dari kendaraan bermotor maupun industri dimana dengan bertambahnya kendaraan bermotor menyebabkan banyaknya polusi sehingga akan mempengaruhi tingkat keasaman air hujan (Indrawati & Tanti, 2017). Peristiwa hujan asam ini termasuk salah satu pencemaran lingkungan karena akan berbahaya bagi ekosistem (Ardiyansyah & Abdullah, 2022). Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang ditetapkan (Undang-Undang No 32, 2009).

 

Proses Terjadinya Hujan Asam

Hujan asam dapat terjadi akibat adanya aktivitas manusia dan aktivitas alam yang menimbulkan munculnya gas-gas seperti gas karbondioaksida, karbon monoksida, sulfur dioksida, dan hidrogen. Gas-gas tersebut akan mengendap serta lama kelamaan akan larut bersamaan dengan uap air yang telat menjadi empun maupun turun sebagai hujan. Gas-gas hasil pembakaran ini akan terbawa oleh angin menuju tempat yang jauh dari sumbernya dan semakin ke atas. Ketika telah sampai di atmosfer, gas akan bercampur dengan uap air (awan) yang sewaktu-waktu akan menjadi jenuh hingga melepaskan massa yang dibawanya menjadi butiran-butiran hujan. Hasil pencampuran antara uap air yang mengandung senyawa anorganik dan gas-gas yang memiliki sifat asam-basa lemah maupun asam-basa kuat akan menghasilkan hujan asam (Alfiandy, dkk, 2021).

Sumber gambar:

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.kompasiana.com%2Fhendrytupang%2F552979f9f17e610f768b45a7%2Fbahaya-laten-hujan-asam&psig=AOvVaw2AUpdMLYpmYScjDuHXaTLg&ust=1685567178523000&source=images&cd=vfe&ved=0CA4QjRxqFwoTCNDR7aH5nf8CFQAAAAAdAAAAABAI

Gas-gas terbentuk dari proses pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor dan aktivitas alam dimana karbondioksida (CO2) dan karbon  monoksida (CO) yang bertemu dengan uap air (H2O)  serta adanya campuran dari senyawa lain hasil penguapan  hingga  membentuk  asam  karbonat (H2CO3), hasil dari   pertemuan gas ini termasuk  ke  dalam  kategori  asam  lemah. Selain itu, gas hasil pembakaran maupun pemanasa  dari belerang berupa hidrogen sulfida (H2S) dan sulfur oksida (SO2) ketika bertemu dengan uap air akan menghasilkan asam sulfat (H2SO4) dimana hasil pertemuan gas ini dikategorikan sebgai asam kuat (Alfiandy, dkk, 2021). Selain itu, terdapat reaksi ketika SOx dan NOx dapat menimbulkan permasalahan dimana ketika SOx dan NOx bereaksi dengan uap air  menjadi asam sulfat (H2SO4) serta asam nitrat (HNO3) Ardiyansyah & Abdullah, 2022).

Berdasarkan penelitian sebelumnya, dengan bertambahnya populasi penduduk, perkembangan industri, dan pertumbuhan kendaraan bermotor dapat menyebabkan bertambahnya polusi udara dengan menghasilkan gas sulfur, nitrogen, dan karbon yang dilepaskan ke atmosfer hasil dari pembakaran tidak sempurna. Oleh karena itu, semakin bertambahnya pulusi udara, maka semakin asam pula hujan yang dihasilkan (Indrawati & Tanti, 2017). Adapun penelitian yang lain mengungkapkan bahwa intensitas hujan asam semakin menurun dengan semakin jauhnya jarak dari pusat industri hingga radius 10 km dan kembali normal dengan pH 5,6 pada jarak lebih dari 20 km (Sutanto, dkk, 2018). Oleh karena itu, semakin bertambahnya pulusi udara, maka semakin asam pula hujan yang dihasilkan (Indrawati & Tanti, 2017).


Daftar Pustaka

Alfiandy, S., Permana, D. S., Nugraha, M. S., & Putri, I. J. A. (2021). Analisis Kimia dan Kualitas Air Hujan di Kota Palu Sebagai Penyebab Terjadinya Hujan Asam. Jurnal Riset Kimia12(1), 10-18.

Ardiyansyah, R., & Abdullah, S. (2022). Perancangan Sistem Pendeteksi pH Air Hujan Berbasis IoT (Studi Kasus: Desa Gedepangrango Kabupaten Sukabumi). JURNAL TEKNIK INFORMATIKA (JUTEKIN)10(1).

Indrawati, A., & Tanti, D. A. (2017). Pengukuran pH dan Konduktivitas Air Hujan Untuk Pemantauan Kualitas Udara di Daerah Bandung. Berita Dirgantara18(2).

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Sutanto, S., Darusman, L. K., Anwar, S., & June, T. (2018). Hujan Asam Dan Laju Pengasaman Air Sumur di Wilayah Industri Cibinong-Citeureup Bogor. Plh| Jurnal Pendidikan Lingkungan Hidup6(1).


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apakah Limbah Domestik Khususnya Detergen Dapat Mencemari Lingkungan?

Adakah Dampak Berbahaya Dari Adanya Particulate Matter (PM)2.5 Di Lingkungan?

Apakah Benar Limbah Industri Yang Dibuang Ke Sungai Berbahaya Bagi Lingkungan?