Seberapa Besar Manfaat Tanaman Lamun Bagi Lingkungan?
TANAMAN LAMUN
Lamun (seagrass) merupakan tumbuhan berbungan (Angiospermae)
yang dapat tumbuh dengan baik di lingkungan laut yang dangkal. Tumbuhan ini
merupakan tumbuhan berbiji satu (monokotil yang mempunyai akar, rimpang (rhizoma),
daun, bunga, dan buah dimana ciri ini sama dengan tumbuhan berpembuluh yang ada
di darat. Lamun yang terdiri dari satu spesies dan dapat tumbuh di daerah
tropis disebut padang lamun ekosistem padang lamun ini merupakan suatu
ekosistem yang kompleks dan mempunyai fungsi dan manfaat yang sangat penting
dalam perairan wilayah pesisir pertumbuhan dan kepadatan lamun ini sangat dipengaruhi
oleh pola pasang surut, turbifitas, salinitas, dan temperature perairan. Kegiatan
manusia di wilayah pesisir seperti perikanan, pembangunan perumahan, pelabuhan
dan rekreasi, baik langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi eksistensi
lamun (Tangke, 2010).
Padang lamun memiliki beberapa
fungsi ekologi yang vital dalam ekosistem pesisir dan sangat menunjang serta mempertahankan
biodiversitas pesisir. Beberapa fungsi padang lamun yaitu sebagai berikut.
- Sebagai stabilisator perairan dengan fungsi sistem perakannya sebagai perangkap dan pengstabil sedimen dasar sehingga perairan menjadi lebih jernih dan dapat mencegah erosi,
- Sebagai sumber makanan langsung berbagai biota laut seperti ikan dan non ikan
- Sebagai produsen primer,
- Sebagai habitat penting (tempat hidup) dan perlindungan (tempat berlindung) untuk sejumlah spesies hewan,
- Sebagai daur zat hara dan elemen-elemen langka di lingkungan laut khususnya zat hara yang dibuuhkan oleh algae epifitik (Warahman, dkk, 2022).
Selain itu, ekosistem lamun ini memiliki fungus sebagai carbon sinks atau tempat penyimpanan karbon. Lamun berkapasitas cukup besar untuk mengakumulasikan karnon karena lambatnya pergantian komponen lamun itu sendiri. Penyimpanan karbon di laut pada ekosistem laut berperan penting karena penyerapan karbon alami di daratan telah mengalami penurunan karena alih fungsi lahan sehingga mempengaruhi 32% emisi gas karbondioksida yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Tumbuhan lamun memanfaatkan karbondioksida (CO2) seperti tanaman darat pada umumnya untuk bahan bakar fotositesis dan disimpan dalam biomassa baik di daun, rhizoma, akar atau dapat disebut dengan blue carbon (Rustam, dkk, 2015). Ekosistem lamun ini termasuk salah satu ekosistem laut yang terkena dampak pemanasan global. Meningkatnya suhu di perairan dangkal dapat menyebabkan keberadaan ekosistem lamun ini terancam serta aktivitas manusia yang bersifat merusak juga menjadi ancaman keberadaan lamun (Dewi, dkk, 2021).
Apabila tanaman lamun ini mati atau tidak terpakai lagi
akibat bencana alam atau hal lainnya, tanaman ini akan membusuk dan teruraikan
oleh mikroba. Lamun yang sudah terurai oleh mikroba akan menghasilkan gelembung-gelembung
gas kecil yang berisi gas metana (CH4). Gas metana ini merupakan
kelompok gas efek rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Hal ini
dikarenakan gas metana mempunyai nilai Global Warming Potencial (GWP) 21
yang artinya setiap tahun gas metana berpotensi memanaskan bumi 21 kali lebih
besar dari satuan berat gas karbon diosida (CO2) (Kampono, dkk, 2021).
Oleh karena itu, adanya tamanan lamun dapat mengurangi emisi karbon penyebab pemanasan
global sehingga tanaman ini perlu dilestarikan.
Dewi, S.
K., Setyati, W. A., & Riniatsih, I. (2021). Stok Karbon pada Ekosistem
Lamun di Pulau Kemujan dan Pulau Bengkoang Taman Nasional Karimunjawa. Journal of Marine Research, 10(1), 39-47.
Kampono,
I., Rochendi, A. D., Husni, M., Sutiadi, R., & Mbarep, D. P. P. Silalahi,
L. M., (2021). Pemantau Gas Metana, Suhu, dan Kelembaban sebagai Penyebab Efek
Rumah Kaca Dipadang Lamun Berbasis Internet Of Things. KILAT, 10(2), 223-234.
Rustam, A., Kepel, T. L., Kusumaningtyas,
M. A., Ati, R. N. A., Daulat, A., Suryono, D.D., Sudirman, N., Rahayu, Y.P.,
Mangindaan, P., Heriati, A. & Hutahean, A.A. 2015. Ekosistem Lamun sebagai
Bioindikator Lingkungan di Pulau Lembeh, Bitung, Sulawesi Utara. Jurnal Biologi
Indonesia, 11(2):233-241. Doi:10.14203/jbi.v11i2.2197.
Tangke, U.
(2010). Ekosistem padang lamun (manfaat, fungsi dan rehabilitasi). Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan, 3(1), 9-29.
Warahmah,
S., Jannah, R., Yolanda, S. D., & Halimatussyadiah, E. (2022). Metode
Transplantasi Ekosistem Padang Lamun di Indonesia. Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK), 4(6), 10129-10137.
Komentar
Posting Komentar